SOKOGURU - Penyaluran Bantuan Subsidi Upah (BSU) melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah memasuki batch 5.
Proses distribusi dana sebesar Rp600 ribu ini telah berlangsung selama hampir dua bulan, dimulai Juni hingga Juli 2025.
Pemerintah memulai pencairan BSU 2025 sejak 5 Juli dan hingga pekan ketiga Juli, proses masih terus berlanjut.
Penyaluran bantuan ini dilakukan secara bertahap melalui berbagai kanal, termasuk Bank Himbara, seperti BRI, BNI, BTN, Mandiri, serta BSI dan PT Pos Indonesia.
Bantuan ini ditujukan bagi pekerja dengan penghasilan maksimal Rp3,5 juta atau setara dengan Upah Minimum Kota/Provinsi (UMK/UMP) di daerahnya.
Selain itu, penerima BSU wajib menjadi peserta aktif program jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan hingga 30 April 2025.
Bantuan ini juga diprioritaskan bagi pekerja/buruh yang belum pernah menerima bantuan sosial (bansos) seperti Program Keluarga Harapan (PKH).
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 5 Tahun 2025, BSU tahun ini diberikan untuk periode Juni dan Juli dalam satu kali transfer.
Hingga saat ini, belum ada kebijakan lebih lanjut terkait pencairan BSU 2025 untuk bulan Agustus, September hingga Desember.
Pemerintah masih berfokus untuk merampungkan distribusi bantuan periode Juni dan Juli 2025 kepada pekerja yang terdaftar.
Proses distribusi ini masih berjalan, khususnya melalui PT Pos Indonesia dan terus diupayakan percepatan penyaluran agar dana segera sampai ke tangan para pekerja yang membutuhkan.
Cara Cek Pencairan BSU 2025
Ada empat metode yang bisa Anda gunakan untuk mengecek status pencairan BSU 2025. Anda hanya perlu mempersiapkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) KTP serta data diri lainnya seperti nama lengkap, nama ibu kandung, nomor HP, dan email. Berikut panduan lengkapnya:
1. Cek BSU via Situs Kemnaker
- Buka link resmi Kemnaker di https://bsu.kemnaker.go.id/#pengecekanMandiri.
Baca Juga:
- Masukkan nomor NIK Anda.
- Isi kode keamanan yang muncul di layar.
- Klik tombol "Cek Status".
2. Cek BSU via Situs BPJS Ketenagakerjaan
- Akses link BPJS Ketenagakerjaan di https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/.
- Klik "Cek Status Calon Penerima BSU".
- Gulir ke bawah hingga menemukan bagian "Cek Apakah Kamu Termasuk Calon Penerima BSU".
- Isi semua kolom data diri seperti NIK, nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu kandung, nomor HP, dan email. Pastikan data yang dimasukkan benar.
- Klik "Lanjutkan".
Sistem akan menampilkan pemberitahuan status dana bantuan sudah cair atau belum.
3. Cek Penerima BSU 2025 via Aplikasi JMO
- Unduh aplikasi JMO (Jamsostek Mobile) di ponsel Anda.
- Buat akun menggunakan NIK KTP dan nomor telepon.
- Setelah berhasil, lakukan login ke aplikasi.
- Gulir ke bawah hingga menemukan banner "Cek Eligibilitas Bantuan Subsidi Upah (BSU)".
- Isi data yang diminta seperti KTP, nama lengkap, nama ibu kandung, nomor HP, dan email.
- Klik "Lanjutkan".
4. Cek BSU via Aplikasi Pospay
- Buka aplikasi Pospay di ponsel Anda.
- Pada tampilan halaman depan, pilih menu "i" di sudut kanan bawah.
- Klik logo kedua dari bawah (gambar tangan).
- Pilih jenis bantuan "Bantuan Subsidi Gaji/Upah 2025".
- Masukkan nomor NIK Anda.
- Klik "Cek Status Penerima".
Akan muncul pemberitahuan apakah Anda sebagai penerima bantuan atau bukan.
Alasan BSU 2025 Belum Cair Sampai Sekarang
Proses pencairan BSU memang memerlukan waktu lebih lama sejak diumumkan pada awal Juni lalu. Ini disebabkan oleh proses pemadanan dan validasi data yang kompleks agar penyaluran dana tidak salah sasaran.
Keresahan pekerja yang menanti pencairan BSU 2025 terlihat dari membanjirnya kolom komentar di akun Instagram @bpjs.ketenagakerjaan dan @kemnaker.
Mereka melaporkan kendala yang dihadapi. Admin media sosial dari kedua akun tersebut menjelaskan bahwa pemerintah membutuhkan waktu untuk menyelesaikan tahapan pencairan sebelum proses penyaluran.
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan BSU 2025 belum cair atau memakan waktu:
1. Penyaluran BSU dilakukan secara bertahap sesuai dengan aturan Permenaker Nomor 5 Tahun 2025.
2. Membutuhkan proses verifikasi data yang teliti.
3. Jumlah penerima yang sangat banyak di seluruh Indonesia.
4. Penyaluran tidak dilakukan secara sekaligus.
5. Distribusi dana melalui bank Himbara juga memerlukan proses lebih lanjut.
6. Tidak ada tanggal pencairan pasti, sehingga pekerja diminta untuk menunggu dan mengecek secara berkala.(*)
